Rabu, 19 Oktober 2011

APLIKASI COMPUTER VISION (KOMPUTER VISI)



Komputer Visi

Proses otomasi yang mengintegrasikan sejumlah besar proses untuk presepsi visual seperti akuisisi citra, pengolahan citra, klasifikasi, recognition dan pengambilan keputusan.
Proses penyusunan deskripsi tentang objek yang terkandung pada suatu gambar atau mengenali objek yang ada pada gambar.
Pengenalan pola, Speech recognition, Face recognition, Fingerprint recognition, dll.
Kecerdasan buatan.

Visi Komputer adalah ilmu dan teknologi mesin yang melihat, di mana lihat dalam hal ini berarti bahwa mesin mampu mengekstrak informasi dari gambar yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas tertentu. Sebagai suatu disiplin ilmu, visi komputer berkaitan dengan teori di balik sistem buatan bahwa ekstrak informasi dari gambar. Data gambar dapat mengambil banyak bentuk, seperti urutan video, pandangan dari beberapa kamera, atau data multi-dimensi dari scanner medis.

Sebagai disiplin teknologi, visi komputer berusaha untuk menerapkan teori dan model untuk pembangunan sistem visi komputer. Contoh aplikasi dari visi komputer mencakup sistem untuk:

  • Pengendalian proses (misalnya, sebuah robot industri atau kendaraan otonom).
  • Mendeteksi peristiwa (misalnya, untuk pengawasan visual atau orang menghitung).
  • Mengorganisir informasi (misalnya, untuk pengindeksan database foto dan gambar urutan).
  • Modeling benda atau lingkungan (misalnya, inspeksi industri, analisis citra medis atau model topografi).
  • Interaksi (misalnya, sebagai input ke perangkat untuk interaksi komputer-manusia).

Namun yang akan saya bahas disini adalah alat yang bisa mendeteksi suatu peristiwa, yaitu alat pendeteksi tsunami. Kenapa saya tertarik dengan contoh ini? Karena pada dasarnya Indonesia adalah negara yang mempunyai banyak lempengan dan berpotensi besar terhadap gempa, dan sebagian wilayah Indonesia adalah perairan. Jadi tsunami adalah bukan hal yang mustahil terjadi di negara kita.

Banyak orang bicara sistem peringatan dini gelombang tsunami. Untuk Indonesia kabarnya kita memakai sistem yang bernama German Indonesian Tsunami Early Warning System (GITEWS). GITEWS beroperasi sejak 11 November 2008. Kebutuhan untuk memiliki sistem peringatan yang andal mengemuka setelah tsunami 26 Desember 2004 di Aceh, yang menghasilkan gelombang air laut sampai 15 meter hingga pesisir Somalia berjarak sekitar 4500 km dari pusat gempa.

Beberapa fitur GITEWS

  1. Sistem ini konon telah dimodifikasi supaya sesuai dengan kondisi Indonesia dan berbeda dari sistem peringatan dini lainnya karena memakai perangkat teknologi terbaru.
  2. Ketika tsunami terjadi, gelombang pasang (dalam kasus ekstrim) bisa mencapai pantai dalam waktu 20 menit, sehingga hanya sedikit waktu tersisa untuk memperingatkan penduduk sekitar. Ini adalah faktor utama yang dijadikan pertimbangan untuk konsep seluruh system.
  3. Mengingat lebih dari 90% tsunami disebabkan gempa bumi yang cukup kuat, sistem ini menggunakan perangkat lunak bernama SeisComP3, yang bisa dengan cepat (dalam dua menit) memastikan lokasi dan kekuatan gempa. Total jaringan seismologi di seluruh Indonesia pada 2008 ketika sistem ini dipasang, jumlahnya tak kurang dari 120 stasiun pengamatan. SeisComP3 juga digunakan di India, Maladewa, Pakistan, Thailand, dan Afrika Selatan.
  4. Sistem ini juga menggunakan: 
    • Pengukur gelombang pasang yang terintegrasi dengan sistem penerimaan GPS dalam menerima data level permukaan laut (vertikal dan horisontal) di sembilan lokasi di Samudera Hindia. 
    • Buoy GPS yang bekerja secara independen sebagai pengukur tsunami. Perangkat lunak bernama TsunAWI untuk mensimulasi dan menyatukan gambaran umum situasi secara keseluruhan dengan membandingkannya dengan database. 
    • Decision Support System (DSS) untuk mengumpulkan semua data, informasi, dan pemodelan arus untuk membuat keputusan apakah peringatan tsunami perlu disebarluaskan atau tidak. 
Sistem yang kabarnya berbanderol 1,4 triliun rupiah (US$ 130,2 juta) ini sebetulnya sudah dirancang dan teruji dengan baik untuk mendeteksi gempa serta andal memprediksi kemungkinan tsunami hanya dalam tempo lima menit. Kendati begitu, sistem sebaik apapun tentu masih menyisakan kemungkinan gagal mengingat banyak faktor tak terduga yang bisa membuat sistem canggih ini batal bekerja.

sumber:

http://ndangmutz.blogspot.com/2010/11/komputer-vision.html
http://seadanyadeh.blogspot.com/2010/11/cara-kerja-detektor-tsunami.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar