Apakah kau tau perasaanku ketika
melihatmu seperti ini?
Apakah kau tau perasaanku ketika
kau lebih memperdulikannya dibanding diriku?
Apakah kau tau betapa cemasnya
hatiku ketika kau pergi dengannya?
Apakah kau tau betapa cemasnya
hatiku ketika ku melihatmu seperti ini?
Kau tidak seperti dulu yang penuh
dengan canda, yang penuh dengan senyuman, semua itu berubah. Tawa yang ada
hanya menyisakan tangis yang tiada hentinya mengalir dari mata ini.
Yang aku lihat kau lebih
memperdulikan dia daripada aku yang lemah ini? Aku butuh ayah yang selama ini
hilang, aku butuh seseorang yangb bisa mengganti air mataku dengan sebuah
senyuman, dan itu kau ayah!
Apakah kau sadar bahwa kau ini
berubah? Kau bukan ayah yang kukenal. Aku berusaha sampai saat ini untuk
membahagiakanmu, walaupun dengan hal-hal kecil. Saat gaji pertama aku belikan
baju koko untukmu agar kau lebih dekat dengan-Nya. Saat ku punya tenaga ku
pergi belikan kau kelapa muda ketika kau sakit. Ku hormati kau sebagai ayah
yang membesarkanku. Walaupun aku tau kau telah menyakiti hati ibu. Tapi aku
berusaha untuk selalu menghormati dan akan tetap menyayangimu.
Apakah kau tau perasaanku selama
ini? Aku capek terus-terus mengeluarkan air mataku ini untukmu. Menanti sebuah
perubahan yang lebih baik. Ku mohon dengan sangat, kembalilah seperti ayahku
yang dulu. Dia gak baik buatmu. Aku janji akan lebih baik, aku janji 2 tahun
ini akan lebih giat untuk segera menyelesaikan kuliahku agar kau bisa menikmati
buah kerjamu selama ini. Aku ingin seperti dulu, kita sekeluarga pergi kesuatu
tempat dimana Suasana tawa itu selalu ada, tidak seperti sekarang yang berubah
menjadi sebuah kebisuan. Percayalah ayah! Cinta kami lebih besar dari cintanya.
Dan cinta kami lebih abadi dibanding cintanya.
Aku mohon dengan sangat ayah,
berubahlah kearah yang baik demi kami, demi aku anakmu. Ayah bisa mengasihani
dia, tapi kenapa ayah gak bisa mengasihani aku yang selalu menangis disini.
Aku tau saat ini bukan dirimu, tapi
ku mohon mau berubahlah demiku, demi keluarga kita.
***
Entah rasa sayang itu masih ada
atau gak. Gua capek dengan ini semua. 4 bulan tanpa perkembangan dan makin
memburuk. Entah itu diri dia atau bukan, gua udah gak bisa ngenalin dia lagi.
Gak bisa ngenalin sosok itu, sosok yang memang seharusnya penuh arti bagi gua
jika seandainya ‘anugrah’ itu gak pernah ada.
Ada satu kalimat yang selalu gua
bilang ke temen-temen gua ketika mereka ada masalah. “kita gak akan pernah
dewasa tanpa adanya masalah. Nikmati ‘anugrah’ itu, karena dibalik ‘anugrah’
itu pasti ada hikmahnya. Dibalik kegelapan pasti ada setitik cahaya terang.”
Kalimat itu yang mau gua terapkan dalam hidup gua saat ini.
Ketika mendengar keputusan itu ada
sedikit kekecewaan yang ada dalam diri gua. 28 tahun bersama gak menjamin kalau
kita akan tentram dan damai sama pasangan kita. Dan ketika gua mendengar
keputusan nyokap untuk pisah sama bokap. Itu bagai petir yang langsung kena
kehati gua. Sulit keadaannya untuk mengambil keputusan tanpa ada pihak yang
tersakiti. Ibarat kata. Ini kayak penyakit gula yang ada dikaki, kalo gak
segera diamputasi lo akan mati, tetapi kalo lo amputasi kaki lo, lo masih akan
bisa hidup tanpa kaki itu, bahkan mungkin kehidupan lo jauh lebih baik.
Gua tulis ini tanpa ekspresi dan
gua gak tahu apa yang gua rasain, yang jelas ada sesuatu yang sakit banget
dalam hati gua, pikiran gua, dan badan gua, semuanya sakit. Dulu gua selalu
ingin punya pendamping hidup yang kurang lebih kayak dia. Friendly, tanggung
jawab, penuh bijaksana, dan tegas. Tapi mulai detik ini gua gak ingin punya
pendamping seperti dia.
Kadang gua berpikir, kenapa gua
yang selalu menuruti perintah-Nya diberi cobaan begitu berat sampai gua gak
bisa ngelewatin itu semua. Sedangkan mereka yang melanggar aturan-Nya diberikan
kelebihan yang melimpah, hidup mereka senang, penuh tawa dalam diri mereka,
tapi gua, keluarga gua? Tawa itu gak ada lagi. Kenapa masih diuji dan ini
begitu berattt!!!! Kapan tangis ini berakhir.
Gua tahu hanya Dia lah yang bisa
membolak-balikan hati manusia, hanya Dia-lah yang mampu merubah penderitaan gua
saat ini. Mungkin Dia ingin tahu seberapa kuat kami melewati ini semua,
seberapa kompak kami menjalani kerikil tajam ini, seberapa besar iman kami
dalam menjalani ‘anugrah-Nya’. Semoga ada hikmah dari ‘anugrah’ ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar